Saat bersekolah dahulu, banyak orang tua telah mengalami atau menyaksikan berbagai insiden yang melibatkan tindakan intoleransi dan bentuk kekerasan lainnya. Dalam beberapa contoh, ibu dan bapak menghadapi situasi tersebut dengan kesabaran dan keteguhan hati. Sumber yang saya temukan menjelaskan beberapa pengalaman orang tua yang menceritakan kembali pengalaman mereka dalam menghadapi atau menyaksikan intoleransi saat bersekolah.
Salah satu contoh yang saya temukan adalah dari seorang bapak yang menjadi korban kekerasan karena dianggap gemuk, jelek, dan lemah. Intoleransi dan kekerasan yang dialami oleh bapak ini membuatnya belajar untuk menjadi lebih kuat dan tahan menghadapi tantangan.
Dalam kasus lain, ada siswi non-Muslim yang dipaksa untuk mengenakan jilbab di SMKN 2 Padang, Indonesia. Kasus ini mengungkapkan adanya praktek intoleransi di lingkungan sekolah yang menjadi perhatian publik.
Berikut adalah beberapa contoh cerita dari ibu dan bapak yang mengalami atau menyaksikan intoleransi saat bersekolah dahulu:
- Seorang bapak menceritakan bahwa pada masa sekolahnya, anak-anak yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang mampu kerap menjadi sasaran diskriminasi oleh teman-teman mereka. Beberapa anak tersebut harus bekerja paruh waktu agar bisa melanjutkan sekolah mereka, namun mereka sering diejek dan dikucilkan karena dianggap kotor dan miskin.
- Seorang ibu menggambarkan kasus rasisme yang dialaminya saat bersekolah dahulu, ketika teman-teman sekelasnya membuat candaan dan komentar yang menyinggung warna kulit dan ras karena ia berasal dari keluarga minoritas. Ibu ini menghadapi situasi tersebut dengan tegar dan mencoba untuk tidak terpengaruh oleh cibiran orang-orang sekitarnya.
- Pada saat bersekolah, seorang bapak menyaksikan bentuk intoleransi terhadap murid berkebutuhan khusus. Teman-teman sekelasnya sering melecehkan dan mengejek murid tersebut karena keterbatasan fisik atau mental. Hal ini membuat bapak tersebut sangat prihatin dan bertekad untuk tidak melakukan tindakan serupa di masa depan.
Intoleransi dan kekerasan yang dialami oleh para ibu dan bapak (atau yang mereka saksikan) saat bersekolah dahulu, seharusnya menjadi pembelajaran agar tindakan semacam itu tidak terulang di masa sekarang dan mendatang. Seluruh pihak yang terlibat di lingkungan pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan toleran bagi semua anak.
Kesimpulannya, kasus intoleransi dan kekerasan saat bersekolah memang pernah dialami oleh beberapa ibu dan bapak pada masa lalu. Namun, dari cerita yang mereka bagikan, mereka telah belajar untuk menghadapi situasi tersebut dengan kesabaran dan menjadi lebih kuat. Dengan memahami pengalaman mereka, kita bisa mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari intoleransi dan kekerasan dalam lingkungan pendidikan saat ini, sehingga generasi masa depan bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman, inklusif, dan toleran.