Salah satu aspek penting yang diperhatikan dalam menganalisis karakter pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan adalah pendidikan karakter itu sendiri. Pendidikan karakter merujuk pada upaya sistematis dan terencana untuk mendorong nilai-nilai seperti rasa hormat terhadap diri sendiri, tanggung jawab, kepercayaan, dan kewarganegaraan.
Dalam proses pendidikan, setiap individu diharapkan dapat membuat pilihan yang membentuk karakternya. Program pendidikan karakter di sekolah bertujuan untuk mempromosikan ide bahwa hidup yang berbudi pekerti dan “baik” adalah tujuan pendukungan pendidikan dan ada nilai dalam menyemai aspek karakter dalam pendidikan siswa yang seimbang.
Untuk mencapai tujuan ini, peran pendidik sangat penting. Studi menemukan 12 karakteristik kepribadian guru yang efektif dalam memperkuat pendidikan karakter, termasuk dapat berperilaku sebagai teman.
Sejarah pendidikan karakter mencakup pendidikan formal dan non formal. Akarnya dapat ditelusuri kembali ke pendidikan karakter di Eropa, yang menjadi fondasi bagi sistem pendidikan formal Amerika.
Untuk mencapai pendidikan karakter yang efektif, perlu menciptakan iklim kelas yang positif, memasukkan masalah etika dalam kehidupan sehari-hari dan memastikan bahwa masalah tersebut dibahas secara bebas dan adil di kelas. Pendidik harus menciptakan lingkungan kelas yang positif dan demokratis.
Namun, pendidikan karakter juga menimbulkan kritikan. Misalnya, di Inggris, pendidikan karakter sering dikonstruksi sebagai upaya sengaja untuk menanamkan “kebajikan” pada anak muda melalui pendidikan wajib. Ini mendapat kritik karena penyederhanaan karakter.
Oleh karena itu, dalam menganalisis karakter pendidik dan tenaga kependidikan, perlu diperhatikan bagaimana mereka merancang dan menerapkan pendidikan karakter, mengelola iklim kelas, serta bagaimana karakter dan nilai-nilai mereka mempengaruhi pendidikan karakter siswa.