Salah satu rukun dalam ritual haji adalah lari-lari kecil atau sa’i yang dilakukan dari bukit Safa ke Marwah. Sa’i bukan sekadar kegiatan fisik, namun mempunyai makna mendalam yang dilandasi oleh sejarah dan spiritualitas Islam.
Peristiwa yang menjadi asal mula ritual sa’i ini adalah kisah nabi Ibrahim, istrinya Hajar, dan anak mereka Ismail. Wakil dari institusi tradisi Islam, Hajar menunjukkan keimanan, keberanian, dan keteguhan hati yang tinggi dalam menghadapi cobaan dalam hidupnya.
Setelah ditinggalkan suaminya di lembah Makkah, Hajar dipaksa untuk mencari air untuk dirinya dan bayinya, Ismail. Dalam keadaan penuh tekanan dan putus asa, ia berlari antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali berharap menemukan sumber air.
Kisah ini menggambarkan penyerahan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan harapan yang tak pernah redup dalam kondisi sulit. Ini adalah suatu bentuk keimanan dan kepercayaan yang mendalam pada adanya rahmat dan pertolongan Tuhan.
Dari peristiwa itulah, ritual sa’i kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dalam ibadah haji. Sa’i, atau lari-lari kecil antara Safa dan Marwah, dijalankan oleh jamaah haji sebagai pengingat dan penghormatan terhadap perjuangan Hajar.
Mengingat dan merefleksikan kisah Hajar melalui sa’i mengajarkan nilai-nilai penting bagi seorang Muslim. Diantaranya adalah keyakinan terhadap ketentuan Allah, keuletan dalam menghadapi cobaan, dan perjuangan dalam mencari rezeki.
Berlarut-larut di antara Safa dan Marwah melambangkan perjuangan seorang Muslim dalam kehidupannya. Perjuangan ini tidak hanya dalam mencari kebutuhan fisik, tetapi juga dalam melawan hawa nafsu dan mencapai kesempurnaan spiritual.
Dengan demikian, lari-lari kecil dari bukit Safa ke Marwah bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga simbol dari perjuangan, ketekunan, dan keimanan yang kuat. Sejauh ini, harapan dan doa kita selalu berjalan bersama dalam perjalanan ini.