Salah satu warisan penjajahan jepang yang masih ada hingga masa kini adalah sistem tonarigumi atau rukun tetangga. Mengapa jepang menerapkan sistem tersebut

Salah satu warisan abadi yang diturunkan oleh Jepang kepada Indonesia selama pendudukan mereka di Perang Dunia II adalah sistem tonarigumi, atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai sistem Rukun Tetangga (RT)^.

Istilah tonarigumi berasal dari bahasa Jepang “tonari” yang berarti “tetangga” dan “gumi” yang berarti “kelompok”^. Tonarigumi diperkenalkan oleh tentara Jepang pada 11 Januari 1944 dalam Konferensi Residen Seluruh Jawa^.

Disusun dalam struktur kemasyarakatan, satu tonarigumi terdiri dari 10 hingga 20 rumah tangga^, semuanya berada di bawah pimpinan seorang “kumicho”^.

Pembentukan sistem ini punya beberapa alasan. Pertama, sistem ini dibentuk untuk memperketat kontrol dan pengawasan terhadap masyarakat^. Dengan sistem ini, tentara Jepang dapat secara efektif mengawasi setiap rumah tangga, memastikan kepatuhan mereka terhadap aturan, dan lebih cepat menangani pemberontakan atau kegiatan ilegal yang mungkin terjadi. Dengan demikian, sistem ini berfungsi sebagai organisasi bentukan Jepang untuk memobilisasi dana dan daya penduduk demi kepentingan serta pemenuhan kebutuhan untuk memenangkan perang Asia Pasifik^.

Di samping itu, tonarigumi juga ada untuk memfasilitasi organisasi dan koordinasi dalam masyarakat pada level yang paling dasar. Hal ini menciptakan sense of community di antara warga dan dapat meningkatkan efisiensi dalam hal penggunaan sumber daya.

Meskipun sistem ini dipandang sebagian orang sebagai bentuk invasi privasi atau kontrol yang berlebihan, namun pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Sistem tonarigumi juga memiliki manfaat yang nyata bagi masyarakat. Misalnya, manfaat tersebut adalah peningkatan keamanan di tingkat lokal, lebih banyak peluang untuk interaksi sosial, dan penyelesaian konflik secara damai melalui mediasi.

Secara keseluruhan, Jepang menerapkan sistem tonarigumi sebagai bagian dari upaya mereka mengatur masyarakat jajahannya, baik dari perspektif kontrol sosial maupun efisiensi dan koordinasi sumber daya dan energi manusia. Meskipun dapat dilihat sebagai dampak dari penjajahan, sistem tonarigumi ternyata menjadi suatu sistem yang mempengaruhi tatanan sosial di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Leave a Comment