BAB 1 – Karya Sastra Lama

Karya sastra lama dengan bentuk prosa yang banyak menceritakan mengenai bagaimana kehidupan di sekitar kerajaan dinamakan hikayat. Hikayat adalah salah satu jenis karya sastra lama Melayu yang berisi cerita, undang-undang, silsilah, atau gabungan dari sifat-sifat tersebut. Hikayat bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau campuran dari sifat-sifat itu. Hikayat dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.

Hikayat memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dari jenis prosa lama lainnya, yaitu:

  • Hikayat bersifat anonim, artinya pengarangnya tidak diketahui atau tidak disebutkan dalam teks. Hal ini karena hikayat merupakan hasil karya kolektif yang disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi.
  • Hikayat bersifat statis, artinya tidak mengalami perkembangan atau perubahan yang signifikan sepanjang waktu. Hikayat tetap mempertahankan bentuk, gaya, dan isi yang sama seperti saat pertama kali diciptakan.
  • Hikayat bersifat tradisional, artinya tidak dipengaruhi oleh budaya asing, khususnya budaya Barat. Hikayat merupakan karya sastra yang murni berasal dari budaya Melayu dan mencerminkan nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan masyarakat Melayu.
  • Hikayat bersifat khayalan atau fantasi, artinya mengandung unsur-unsur yang tidak masuk akal, tidak logis, atau tidak sesuai dengan kenyataan. Hikayat sering menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki kesaktian, kemustahilan, atau keajaiban yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
  • Hikayat bersifat istana-sentris, artinya banyak menceritakan tentang kehidupan di sekitar kerajaan, seperti raja, ratu, putra, putri, permaisuri, perdana menteri, panglima, dan lain-lain. Hikayat juga sering menggambarkan konflik, persaingan, atau persahabatan antara kerajaan-kerajaan.
  • Hikayat bersifat lisan, artinya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Hikayat awalnya tidak ditulis, tetapi diceritakan oleh para penghikayat atau pendongeng yang ahli dalam mengolah kata-kata dan menyampaikan pesan.
  • Hikayat bersifat klise, artinya menggunakan bahasa yang sudah baku, standar, dan tidak berubah-ubah. Hikayat menggunakan kalimat-kalimat pembuka dan penutup yang khas, seperti “Inilah ceritera yang telah diperkatakan oleh orang dahulu kala” atau “Inilah tamatnya ceritera ini, dan segala kesalahan adalah dari pengarang, dan segala kebenaran adalah dari Allah”.
  • Hikayat bersifat amanat, artinya mengandung pesan moral, nasihat, atau hikmah yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Hikayat biasanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan, keadilan, kesetiaan, keberanian, dan lain-lain.

Hikayat memiliki beberapa jenis atau golongan, yaitu:

  • Hikayat berdasarkan asal-usul, yaitu hikayat yang berasal dari luar negeri, seperti Arab, Persia, India, atau Cina. Contoh hikayat jenis ini adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Seribu Satu Malam, dan Hikayat Panji Semirang.
  • Hikayat berdasarkan tema, yaitu hikayat yang mengangkat tema tertentu, seperti agama, sejarah, atau dongeng. Contoh hikayat jenis ini adalah Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, dan Hikayat Abdullah.
  • Hikayat berdasarkan bentuk, yaitu hikayat yang memiliki bentuk khusus, seperti syair, cerita bergambar, atau cerita bersambung. Contoh hikayat jenis ini adalah Hikayat Raja Pasai, Hikayat Muhammad Hanafiyyah, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Inderaputera.

Hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang penting dan berharga bagi budaya Melayu. Hikayat mengandung berbagai informasi tentang kehidupan, sejarah, agama, dan nilai-nilai masyarakat Melayu di masa lalu. Hikayat juga merupakan salah satu sumber inspirasi dan hiburan bagi generasi-generasi selanjutnya. Hikayat layak untuk dilestarikan dan dikembangkan sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.

Leave a Comment