Cerita fantasi bisa diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehidupan tetapi diberi fantasi oleh karena itu cerita fantasi bersifat

Sebagai genre, cerita fantastik adalah koleksi narasi yang mengeksplorasi dunia-dunia yang tidak mungkin ada dalam kenyataan seperti yang kita tahu. Namun, sangat menarik untuk melihat bagaimana cerita fantasi bisa diilhami dan dibentuk oleh elemen-elemen nyata dalam kehidupan kita. Jika mungkin cerita fantasi bersifat abstrak, tidak realistis dan memiliki unsur unik yang tidak terdapat dalam genre lainnya, namun pada akhirnya, mereka seringkali mencerminkan aspek-aspek konkret dari dunia kita.

Pertama, mari kita perhatikan bagaimana latar bermain peran penting dalam cerita fantasi. Latar dalam cerita semacam ini seringkali adalah dunia alternatif atau sebuah versi dari dunia kita yang diubah atau diperluas dengan cara tertentu. Misalnya, pengaturan Middle Earth dalam seri “The Lord of the Rings” oleh J.R.R. Tolkien, walaupun diisi dengan makhluk fantastis dan wilayah-wilayah tidak mungkin, masih memiliki elemen-elemen nyata. Tolkien sendiri mengakui bahwa lanskap kasar dan rawa-rawa dari lingkungan tempat dia dibesarkan di Birmingham, Inggris, memberi inspirasi untuk beberapa tertingginya dan pemandangan paling mengerikan di Middle Earth.

Selain itu, banyak cerita fantasi yang mengambil inspirasi dari budaya dan sejarah dunia nyata. Misalnya, seri “Game of Thrones” oleh George R.R. Martin terkenal karena berisi elemen-elemen politik dan sejarah yang complex. Meskipun dunia Westeros adalah tempat fiktif, sejarah dan budaya dalam cerita tersebut, seperti konflik antarklan dan usaha untuk berkuasa mirip dengan peristiwa-peristiwa dalam sejarah manusia.

Unsur fantastis dalam cerita fantasi sering berfungsi sebagai metafora untuk isu-isu sosial dan politik di dunia nyata. Raksasa, naga, dan makhluk-makhluk cerita lainnya dapat mewakili rasa takut, harapan, dan konflik-konflik yang nyata dalam masyarakat. Misalnya, dalam seri “Harry Potter” oleh J.K. Rowling, isu-isu seperti rasisme diwakili oleh perlakuan buruk terhadap “Muggle-born” penyihir dan makhluk non-manusia seperti elf-elf rumah tangga.

Cerita fantasi juga bisa mendapatkan inspirasi langsung dari individu-individu atau peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, karakter Samwise Gamgee dalam “The Lord of the Rings” didasarkan pada pengalaman para prajurit Perang Dunia I yang Tolkien temui selama masa tugasnya sebagai Letnan di Perang Dunia I, menunjukkan betapa otoritas militer dan perang dapat memberikan inspirasi bagi cerita fantasi.

Kesimpulannya, meskipun cerita fantasi bersifat imaginatif dan tidak realistis, mereka masih sering kali mencerminkan dan mengeksplorasi aspek-aspek dunia nyata. Baik dari latar, budaya, sejarah, maupun isu sosial dan politik, semua ini dapat digunakan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan dunia fantasi yang kaya dan mendalam. Meskipun cerita fantasi berada di dunia mereka sendiri, mereka tetap terhubung dengan dunia kita melalui benang-benang yang menghubungkan kenyataan dan imajinasi. Dengan cara ini, cerita fantasi bukanlah pelarian dari realitas, tetapi justru merupakan cara unik untuk melibatkannya dan memahaminya.

Leave a Comment