Salah satu ciri yang dapat dilihat dari negara-negara berkembang di Benua Afrika adalah bahwa produktivitas masyarakatnya masih didominasi oleh barang-barang primer . Barang-barang primer mencakup produk-produk yang dihasilkan dari sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan, seperti jagung, padi, kehutanan, dan lain-lain.
Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang di Benua Afrika bersifat agraris . Ini berarti bahwa aktivitas ekonomi mereka sebagian besar berkaitan dengan pertanian dan perikanan. Untuk itu, produk yang dihasilkan more likely untuk menjadi barang-barang primer yang dikonsumsi sendiri oleh masyarakat atau dijual ke pasar lokal dan internasional.
Kemudian, keterbatasan fasilitas umum juga menjadi salah satu faktor pendorong dominasi produktivitas oleh barang-barang primer. Di banyak negara berkembang di Benua Afrika, fasilitas umum yang memadai seperti infrastruktur, pendidikan, dan teknologi masih kurang. Hal ini mengekang perkembangan industri dan manufaktur, yang bisa menghasilkan barang-barang sekunder atau tersier.
Setidaknya, faktor lain yang berkontribusi adalah tingkat pendidikan yang masih rendah. Kualitas pendidikan yang buruk dan akses yang terbatas ke pendidikan dapat membatasi kemampuan masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk beralih ke pekerjaan yang lebih produktif. Dengan demikian, mereka lebih cenderung terjebak dalam pekerjaan di sektor primer.
Selain itu, kekayaan alam di Benua Afrika yang melimpah membuat banyak negara di sana mengandalkan ekspor barang-barang primer sebagai sumber pendapatan utama mereka. Sayangnya, ketergantungan tinggi pada barang-barang primer dapat membuat negara-negara ini rentan terhadap fluktuasi harga di pasar internasional, yang dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi .
Untuk alasan-alasan tersebut, produktivitas di negara-negara berkembang di Benua Afrika masih didominasi oleh barang-barang primer. Walau memiliki tantangan, tetapi juga memberikan peluang. Misalnya, dengan sumber daya alam yang melimpah, ada potensi besar untuk meningkatkan nilai tambah produk primer melalui pengolahan dan manufaktur.