Salah satu contoh kehidupan budaya dan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut adalah gambar tangan pada dinding gua. Masyarakat pada masa ini masih bergantung pada alam sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, termasuk bahan pangan, serta perlindungan dan tempat tinggal. Berikut ini adalah beberapa informasi yang mendalam tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pada masa ini.
Kehidupan sosial dan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut masih sebagian besar dipengaruhi oleh cara hidup manusia pada masa sebelumnya. Masyarakat berkelompok dalam komunitas yang relatif kecil dan hidup secara nomaden, berpindah-pindah tempat untuk mencari sumber makanan. Kemampuan mereka untuk berburu dan mengumpulkan makanan sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam yang ada di sekitar mereka.
Alat-alat yang digunakan pada masa ini umumnya terbuat dari bahan organik, seperti kayu, tulang, dan tanduk hewan. Penggunaan alat-alat dari bahan logam belum ditemukan pada masa ini. Alat-alat yang dominan pada masa ini adalah alat-alat yang berasal dari hewan, seperti gigi, cakar, dan tulang yang dimanfaatkan untuk membuat alat pemotong, alat menusuk, dan peralatan lainnya.
Perkembangan seni pada masa ini terbukti dengan adanya lukisan tangan pada dinding-dinding gua. Lukisan ini membuat masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dapat dikenal sebagai “pemikir” dan “pencipta”. Lukisan tangan ini umumnya dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada dinding gua yang telah dilapisi dengan bahan pewarna alami, seperti oker, tanah liat merah, atau arang. Lukisan tangan pada dinding gua merupakan bentuk ekspresi seni yang menampilkan kehidupan sehari-hari, pengamatan alam, dan kepercayaan spiritual mereka.
Di masa ini juga ditemukan penggunaan perhiasan, seperti gelang yang terbuat dari batu. Penggunaan perhiasan ini menunjukkan adanya kesadaran estetika dan simbolis dalam masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Perhiasan tersebut mungkin memiliki fungsi tertentu, seperti untuk menggambarkan status sosial atau prestise individu dalam masyarakat.
Selain itu, masyarakat pada masa ini juga memiliki kebiasaan mengumpulkan sampah bukit kerang atau kjokkenmoddinger. Kebiasaan ini adalah bukti bahwa masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut telah mengenal teknik pengolahan makanan, seperti memasak kerang. Kjokkenmoddinger menjadi sumber informasi penting mengenai kehidupan mereka, termasuk jenis-jenis kerang yang dikonsumsi, teknik memasak, dan cara penanganan sampah.
Selama masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, manusia juga mengembangkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Bukti ini ditemukan dalam pola tempat tinggal mereka, yang mencakup abris sous roche (gua menyerupai ceruk batu karang yang digunakan sebagai tempat tinggal) dan penggunaan kjokkenmoddinger. Pola tempat tinggal ini menunjukkan bahwa manusia pada masa ini telah mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka untuk bertahan hidup.
Secara keseluruhan, kehidupan budaya masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ditandai oleh penggunaan alat yang lebih maju, pengembangan seni, serta pola kehidupan yang nomaden mengikuti sumber makanan. Masyarakat pada masa ini juga unik dalam hal kemampuan beradaptasi mereka dengan lingkungan yang berbeda dan kegigihan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan, tempat tinggal, dan perlindungan terhadap ancaman.