Salah satu peninggalan monumental yang berupa bangunan bercorak Budha dari masa pengaruh Hindu-Budha di Indonesia adalah Candi Borobudur. Bangunan suci ini ditemukan di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, dan menjadi bukti penting dari adanya pengaruh Budha di wilayah Nusantara.
Candi Borobudur terletak sekitar 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Bangunan ini bukan hanya menjadi saksi bisu perkembangan peradaban manusia namun juga menjadi representasi visual filosofi Budha.
Borobudur, yang dibangun sekitar abad 7 dan 8 Masehi oleh wangsa Syailendra, merupakan representasi kosmologi Budha Mahayana. Candi ini didesain seperti bukit dengan tiga bagian utama: dasar, tubuh, dan puncak, yang melambangkan alam Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu sesuai ajaran Buddha.
Keseluruhan candi ini dihiasi dengan ribuan panel relief yang menceritakan berbagai ajaran serta kisah dalam ajaran Buddha. Di sini ada kisah Jataka dan Avadana yang menceritakan perbuatan baik dan kebajikan dalam kehidupan masa lalu Sang Buddha dan para Bodhisatva. Terlebih lagi, tidak kurang dari 504 arca Budha dalam berbagai posisi mudra (gestur simbolis) juga menghiasi candi ini.
Fakta bahwa Borobudur dapat bertahan sepanjang ratusan tahun–meskipun sempat terlupakan dan terkubur oleh abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi–menunjukkan betapa hebatnya teknik bangunan dan seni yang dimiliki oleh masyarakat Jawa kuno.
Saat ini, Candi Borobudur tidak hanya menjadi destinasi wisata budaya yang populer, tetapi juga menjadi tempat perayaan hari suci Waisak bagi umat Budha di Indonesia. Ini menunjukkan betapa pentingnya peninggalan monumental ini dalam konteks historis, keagamaan, budaya, dan seni.
Secara keseluruhan, Candi Borobudur merupakan peninggalan monumental yang menggambarkan kejayaan dan pengaruh Budha di masa lalu. Pelajaran yang bisa dipetik dari Borobudur adalah pentingnya memahami, melestarikan, dan menghargai warisan budaya dan sejarah kita.