Salah satu peristiwa penting yang terjadi sebelum pemberontakan G30S/PKI adalah konflik antara PKI (Partai Komunis Indonesia) dan Angkatan Darat Indonesia. Konflik tersebut muncul karena berbagai faktor, termasuk perbedaan ideologi, persaingan politik, dan ketidaksepakatan dalam pemerintahan Indonesia saat itu.
Sejarah konflik antara PKI dan Angkatan Darat dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Selama pemerintahannya, PKI menjadi salah satu partai besar di Indonesia dan menikmati dukungan dari Soekarno. Namun, dukungan ini menimbulkan ketegangan di dalam pemerintahan, terutama antara PKI dan Angkatan Darat. Angkatan Darat mengkhawatirkan peningkatan pengaruh PKI dan komunisme di Indonesia dan merasa terancam oleh ambisi politik PKI.
Pada saat yang sama, PKI dan Angkatan Darat memiliki perbedaan ideologi yang signifikan. Angkatan Darat cenderung mempertahankan sistem kapitalis, sedangkan PKI menganut komunisme. Ini menyebabkan ketidaksepakatan dalam beberapa kebijakan, seperti pengelolaan ekonomi, politik, dan masalah sosial.
Persaingan politik menjadi salah satu penyebab utama konflik antara PKI dan Angkatan Darat. PKI memiliki kekuatan politik yang besar dan mencapai posisi kekuasaan di parlemen Indonesia pada tahun 1957. Namun, meskipun memiliki kekuatan politik, PKI tidak memiliki kekuatan militer yang signifikan. Seperti yang diketahui, Angkatan Darat merupakan institusi militer utama di Indonesia, dan konflik ini pada akhirnya melibatkan PKI dan Angkatan Darat dalam pertarungan untuk memperebutkan kekuasaan.
Salah satu titik kritis dalam konflik ini adalah peristiwa 30 September 1965 (G30S/PKI). Pada tanggal 30 September 1965, sekelompok anggota militer Indonesia menculik dan membunuh enam jenderal, yang kemudian menjadi dasar dari percobaan kudeta yang gagal. Walaupun peristiwa ini memunculkan banyak teori konspirasi, peran PKI dalam peristiwa ini masih menjadi misteri dan masih diperdebatkan.
Konflik antara PKI dan Angkatan Darat akhirnya mencapai puncaknya setelah G30S/PKI, ketika pemerintahan Presiden Soeharto menghadapi tekanan untuk menghilangkan ancaman komunisme yang dirasakan. Ini menyebabkan penumpasan PKI dan pembunuhan massal anggota PKI dan pendukung mereka di seluruh Indonesia.
Dalam konteks sejarah, konflik antara PKI dan Angkatan Darat di Indonesia dapat dilihat sebagai perjuangan antara dua kekuatan politik dan ideologi yang berlawanan: komunisme dan kapitalisme atau militerisme. Tidak hanya mempengaruhi pemerintahan Indonesia tetapi juga mempengaruhi seluruh rakyat dan masyarakat Indonesia. Konflik ini menimbulkan ketegangan, kekerasan, dan krisis politik yang berlarut-larut, yang akhirnya menciptakan kerusuhan sosial dan destabilisasi di Indonesia selama beberapa dekade berikutnya.