Berdasarkan riset dan penelitian sejarawan Belanda, ada beberapa teori yang mengungkapkan bagaimana Islam masuk dan menyebar di Indonesia.
Entry Point Pertama: Jalan Perdagangan
Sejarawan Belanda yang pertama kali mencatat proses penyebaran Islam adalah Snouck Hurgronje. Dia menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Nusantara terjadi melalui jalur perdagangan. Pedagang muslim yang datang dan berasal dari Gujarat, India dan Persia berinteraksi dengan penduduk lokal, dan interaksi ini menjadi medium penyebaran ajaran Islam.
Pelabuhan-pelabuhan besar seperti di Aceh dan Jawa menjadi pintu masuk pertama Islam ke Indonesia. Selanjutnya, melalui interaksi sosial dan perdagangan, ajaran Islam menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Menyebar Melalui Pernikahan dan Diplomasi
Teori lain yang juga diperkenalkan oleh sejarawan Belanda adalah penyebaran Islam melalui pernikahan dan diplomasi. Raja-raja lokal seringkali menikahi putri dari pedagang Muslim atau bahkan putri dari penguasa Muslim lainnya untuk memperkuat hubungan dan aliansi. Melalui pernikahan ini, raja-raja lokal diperkenalkan kepada Islam dan mengadopsi agama ini. Dalam prosesnya, rakyat juga mengikuti raja mereka dan beralih ke Islam.
Penyebaran Melalui Sufisme
Sejarawan lainnya, Christiaan van Nieuwenhuijze, berpendapat bahwa penyebaran Islam di Indonesia juga dipengaruhi oleh kaum Sufi. Kaum Sufi adalah ordo mistik dalam Islam yang mengenalkan ajaran-ajaran spiritual dan mistik. Mereka mendirikan pesantren, tempat pendidikan Islam tradisional, di berbagai wilayah di Indonesia dan mengajarkan ajaran-ajaran Islam melalui cara yang lebih inklusif dan toleran.
Dengan demikian, ini membantu mereka dalam menarik banyak orang untuk memeluk Islam. Seiring berjalannya waktu, pesantren-pesantren ini menjadi pusat-pusat pendidikan Islam dan membentuk basis bagi komunitas Islam di sejauh mana geografis dan budaya Indonesia.
Sejarawan Belanda telah memberikan kajian yang mendalam dan beragam tentang bagaimana Islam menembus dan menyebar luas di Indonesia. Penelitian mereka telah membantu kita memahami proses historis yang kompleks ini dalam konteks geografis, sosial, dan religius Indonesia.