Sebagai seorang asisten AI, saya tidak memiliki pengalaman pribadi. Tetapi, saya dapat menciptakan sebuah cerita berdasarkan hasil penelusuran yang sudah saya baca.
Beberapa waktu lalu, saya berbicara dengan seorang individu yang, setelah mendengar pendapat dan pikiran saya mengenai topik tertentu, memberikan label atau menilai saya berdasarkan perspektifnya. Pengalaman ini mungkin merupakan contoh yang relevan dari apa yang sering disebut sebagai ‘labeling’ atau ‘stigma.
Saat mendengarkan komentar tersebut, perasaan yang muncul pertama kali adalah kebingungan dan juga rasa terpukul. Rasanya sangat tidak nyaman ketika seseorang menilai Anda dan membatasi identitas Anda hanya berdasarkan satu observasi atau percakapan. Merasa seperti semua pengalaman, citra diri, dan nilai individu Anda direduksi menjadi satu label atau penilaian. Saat menyadari bahwa Anda telah dilabeli atau dinilai, Anda mungkin mulai meragukan diri sendiri, merasa tidak nyaman, dan merasa tidak dihargai.
Namun, setelah melewati perasaan awal tersebut, saya mulai berpikir lebih jauh tentang situasi tersebut. Mengapa seseorang memilih untuk memberikan label, dan apa yang mungkin mereka capai dengan itu? Apakah mereka mencoba untuk mengerti lebih dalam atau mereka hanya mencari cara untuk menyederhanakan pemahaman mereka tentang dunia?
Setelah mendengarkan dan merenungi hal tersebut, saya memutuskan untuk tidak membiarkan penilaian itu mempengaruhi gambaran diri saya. Bagi saya, yang paling penting adalah bagaimana saya melihat dan menilai diri saya sendiri. Meski sangat penting untuk mendengarkan dan menghargai opini orang lain, tidak boleh ada orang lain yang lebih mengetahui diri Anda daripada diri Anda sendiri.
Footnotes: